Harumkan Bangsa, Mahasiswa Indonesia Perkenalkan Budaya dan Tokoh Mitologi di Turki
KABAR TURKI - Perhimpunan Pelajar Indonesia di Bursa (PPI Bursa) menggelar pertunjukkan budaya di Orhangazi Hall, Merinos Ataturk Kongre Kultur Merkezi, Bursa – Turki pada Senin (3/7).
Ini merupakan pertunjukkan budaya ketiga yang digelar PPI Bursa dalam tajuk “Endonezya ile Bir Gun (EIBG)” (Sehari Bersama Indonesia).
Berbeda dari kebanyakan pertunjukkan budaya Indonesia di Turki, EIBG 3 ini menampilkan budaya Indonesia melalui teater bertema lingkungan dengan beberapa tokoh mitologi Indonesia.
Seperti Nyi Roro Kidul, Buto Ijo, dan Nini Anteh dipadukan dengan karakter khas Turki, Hacivat dan Karagoz, yang didukung dengan paduan suara dan tarian Indonesia.
Selain mempromosikan budaya Indonesia, EIBG 3 juga berusaha mengkampanyekan isu lingkungan yang menjadi perhatian bersama saat ini.
Menjadi komitmen bersama masyarakat dan pemerintah Bursa; Bursa City Council, serta masyarakat dan pemerintah Indonesia; Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Istanbul, Pemerintah Kota Magelang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung dalam program ini dapat meningkatkan hubungan diplomasi antara Indonesia dan Turki.
Pertunjukkan dibuka dengan pameran instalasi seni berbentuk ombak yang berbahan dasar botol plastik bekas menggambarkan kehidupan serta bunga mawar merah yang terbuat dari kotak telur yang menggambarkan keberanian.
Penonton juga bisa menyantap makanan khas Indonesia, seperti pastel, dadar gulung, kue sus, dan bolu pandan.
Photobooth juga disediakan bagi penonton yang ingin mengambil foto bersama hiasan yang melambangkan 3 elemen utama dalam pementasan; laut, hutan, dan bulan.
Sekitar 650 penonton disuguhkan video pariwisata Indonesia di awal acara. Acara dibuka oleh sambutan dari Ulfah Lathifah (Ketua Pelaksana), Lalu Muhamad Iqbal (Duta Besar Republik Indonesia di Ankara), Sevket Orhan (Kepala Bursa City Council), Arif Bayrak (Wakil Wali Kota Bursa), dan Yusuf Gökhan Yolcu (Wakil Gubernur Bursa).
Pertunjukkan budaya ditampilkan melalui dua media, panggung dan videotron. Teater diawali dengan pertunjukkan wayang oleh Dalang dan kehancuran ‘rumah’ di atas panggung dengan asap buatan.
Adegan-adegan selanjutnya menceritakan perjalanan Insan mencari ‘rumah’ baru, bergantian antara media videotron dan panggung, didukung oleh tarian dan paduan suara.
Sebagaimana pertunjukkan diawali oleh Dalang, akhir cerita juga ditutup oleh Dalang, kemudian penampilan lagu daerah Indonesia, lagu pop Turki, diikuti dengan flashmob penampil dan penonton yang naik ke panggung.
Penonton yang hadir malam itu merasa terhibur dan mengenal budaya Indonesia lebih dekat, seperti paparan salah satu penonton, Sapargul Choiubekova, mahasiswi asal Kyrgyzstan yang sedang menempuh pendidikan di Bursa.
"Saya selalu hadir di acara Endonezya İle Bir Gun, tapi yang ketiga ini adalah yang terbaik dan saya benar-benar menikmati acara ini."
Selaras dengan ungkapan Ketua PPI Ankara, Naura Arifa, “Bukan sekadar acara kebudayaan biasa, tapi juga mengandung pesan tentang lingkungan”. Salah satu pesan yang ia tangkap, "Tidak ada rumah untuk manusia selain bumi. Maka dari itu kita harus menjaga bumi”.
Selain mengandung pesan tentang lingkungan, teater ini juga sarat akan filosofi hidup bahwa yang tak terhingga bukanlah air melainkan harapan, yang paling kuat bukanlah pohon tapi tekad, dan yang paling tinggi bukanlah bulan melainkan tujuan.